Klasifikasi

Oke, dalam artikel kali ini saya akan berusaha memaparkan klasifikasi ilmiah dari kelelawar. Apa itu klasifikasi? Klasifikasi adalah, menurut KBBI, penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan atas kaidah atau standar yang telah ditetapkan. Menurut klasifikasi ilmiah atau taksonomi, kelelawar termasuk anggota kelas Mammalia, suatu kelompok hewan yang semua anggotanya memiliki rambut dan kelenjar susu. Kelelawar memiliki tingkat taksa sendiri di bawah Mammalia, yaitu ordo Chiroptera. Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian Taksonomi, kita bisa tahu ciri atau sifat yang menunjukkan seperti apa makhluk yang dimaksud dari nama ilmiahnya. Sekarang kita lihat nama ilmiah kelompok kelelawar: Chiroptera. Bahasa apa itu? Mayoritas penamaan ilmiah menggunakan bahasa latin atau yunani dan yang satu ini menggunakan bahasa yunani. Cheir berarti jari dan pteron artinya sayap. Sudah dapat gambarannya?

Ilustrasi perbandingan spesies Megachiroptera terbesar (Pteropus vampyrus) dan burung nasar (Cathartes aura) dengan rentang sayap hampir mencapai 2 meter

Gambar 1. Ilustrasi perbandingan spesies kelelawar terbesar (Pteropus vampyrus) dan burung nasar (Cathartes aura) dengan rentang sayap hampir mencapai 2 meter (sumber: Bats of the World 1994).

Wajah Microchiroptera dengan banyak lipatan kulit ornamental, digunakansebagai pembeda spesies

Gambar 2.  Wajah Microchiroptera dengan banyak lipatan kulit ornamental, digunakan sebagai pembeda spesies (sumber: dokumentasi pribadi).

Ordo Chiroptera memiliki dua subordo, yaitu Megachiroptera dan Microchiroptera. Mau menelisik dari nama sebelum dipaparkan kedua subordo itu seperti apa? Oke, sekarang kalian sudah jadi ahli linguistik latin atau yunani hanya dengan berkunjung di blog ini. Nama ini pasti lebih familiar di telinga kalian: mega dan micro. Ini bukan bahasa inggris lho, tapi latin. Mega berarti besar dan micro artinya kecil. Nah, jadi? Secara umum, kelelawar dalam subordo Megachiroptera berukuran tubuh besar (kira-kira sampai sebesar kucing liar) (bayangkan ada makhluk sebesar kucing beterbangan di langit malam), makanan utamanya adalah buah, dan bentuk wajahnya menyerupai anjing karena moncongnya. Untuk Microchiroptera, ukuran tubuhnya lebih bervariasi mulai dari besar (tidak sampai sebesar kucing) hingga kecil (sebesar jempol orang dewasa), memakan serangga sebagai diet utama, dan memiliki wajah yang berantakan abstrak ornamental.

Megachiroptera memiliki mata besar, moncong, dan telinga kecil

Gambar 3.  Megachiroptera memiliki mata besar, moncong, dan telinga kecil (sumber: dokumentasi pribadi).

Megachiroptera hanya punya satu famili, yaitu Pteropodidae. Famili ini juga disebut sebagai kelelawar buah (fruit bat). Selain buah, sebenarnya kelelawar buah juga memakan nektar, daun, atau serangga. Kelelawar buah memiliki moncong yang cukup panjang dan mata yang besar sebagai sistem navigasi utama ketika terbang. Mata kelelawar buah lebih peka terhadap cahaya dibandingkan mata manusia dan hidungnya pun lebih peka terhadap aroma dibanding manusia. Kedua indera itu digunakan kelelawar buah untuk menjelajah dan mencari makanan dalam kegelapan. Kelelawar buah tidak mampu menghasilkan gelombang ultrasonik seperti pada kelompok Microchiroptera sebagai alat navigasi—kecuali dari genus Rousettus. Gigi kelelawar buah tidak setajam Microchiroptera karena lebih berfungsi sebagai penggilas buah. Karena keterkaitannya dengan bebuahan, distribusi kelelawar buah terbatas di sepanjang hutan tropis saja.

Microchiroptera dengan gigi runcing dan mata sangat kecil (sumber: dokumentasi pribadi).

Gambar 4.  Microchiroptera dengan gigi runcing dan mata sangat kecil (sumber: dokumentasi pribadi).

Sebaliknya, Microchiroptera tercatat memiliki 17 famili yang tersebar di seluruh habitat. Sebagai pemakan serangga, anggota Microchiroptera disebut sebagai kelelawar insektivor (insectivorous bat). Microchiroptera beradaptasi dalam kegelapan malam dengan mengembangkan sistem navigasi menggunakan gelombang ultrasonik yang disebut echolocation. Cara kerja sistem ini sama dengan sonar, yaitu mengirim gelombang suara yang akan memantul kembali ketika mengenai objek. Pantulan suara itu kemudian diolah oleh otak kelelawar untuk mengetahui jarak dan bentuk objek di sekitarnya. Microchiroptera menghasilkan gelombang ultrasonik dari mulut dan menangkap pantulannya dengan telinga. Oleh karena itu, Microchiroptera memiliki daun telinga yang lebar dibandingkan Megachiroptera. Berbekal sistem navigasi canggih ini, Microchiroptera bisa terbang lebih lincah dan gesit dibandingkan Megachiroptera meski berada di dalam hutan dengan pepohonan lebat. Dengan pendengaran yang sudah lebih canggih, Microchiroptera memiliki mata yang sangat kecil (bahkan hanya tampak seperti titik hitam) dibanding Megachiroptera, tapi bukan berarti mereka buta—pengecualian pada beberapa anggota famili Phyllostomidae. Gigi Microchiroptera lebih tajam dan bentuknya meruncing untuk menghancurkan serangga dan ada kemungkinan menularkan virus rabies pada manusia dengan gigitan.

Leave a comment